Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, koperasi telah menempati posisi istimewa sebagai salah satu pilar utama dalam visi ekonomi nasional. Gagasan ini berakar kuat pada filosofi para pendiri negara yang melihat koperasi sebagai model ekonomi yang paling sesuai dengan nilai-nilai dasar bangsa, seperti gotong royong, solidaritas, dan keadilan sosial. Melalui koperasi, diharapkan tercipta sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil dan mampu menjadi penyeimbang dari dominasi kapitalisme serta kekuatan asing yang mengeksploitasi sumber daya bangsa.

Para pendiri negara Indonesia memiliki visi yang jauh ke depan dalam membangun perekonomian nasional yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berpihak pada kesejahteraan rakyat. Salah satu wujud konkret dari visi tersebut adalah penempatan koperasi sebagai soko guru atau penopang utama perekonomian nasional. Pemikiran ini bukan tanpa alasan, tetapi didasarkan pada pengalaman sejarah, nilai-nilai sosial, dan cita-cita kemerdekaan bangsa yang ingin mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pertama, pengalaman masa penjajahan memberikan pelajaran berharga bagi para pendiri bangsa. Pada masa kolonial, perekonomian Indonesia dikuasai oleh sistem kapitalisme yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Sistem ekonomi yang menindas ini menciptakan kesenjangan sosial yang besar, di mana kekayaan hanya terkonsentrasi di tangan segelintir pihak, sementara mayoritas rakyat hidup dalam kemiskinan. Dalam konteks inilah koperasi dipandang sebagai solusi untuk mengatasi ketimpangan ekonomi tersebut. Koperasi, dengan prinsip kebersamaan dan gotong royong, dianggap mampu menjadi sistem ekonomi alternatif yang lebih adil dan merata.

Kedua, koperasi sejalan dengan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia, yaitu gotong royong, solidaritas, dan kebersamaan. Para pendiri negara, seperti Bung Hatta, yang dikenal sebagai "Bapak Koperasi Indonesia," percaya bahwa sistem koperasi sangat cocok dengan karakter masyarakat Indonesia yang kental dengan budaya tolong-menolong. Bagi Hatta, koperasi bukan sekadar lembaga ekonomi, tetapi juga alat untuk membangun tatanan sosial yang lebih baik, di mana setiap orang bisa berpartisipasi aktif dan mendapatkan manfaat yang adil. Sistem koperasi memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen dan pemilik modal secara kolektif.

Ketiga, para pendiri negara melihat koperasi sebagai alat untuk memperkuat ekonomi rakyat. Dalam konteks pasca-kemerdekaan, ekonomi Indonesia yang baru lahir membutuhkan sistem yang mampu memberdayakan masyarakat dari bawah, terutama para petani, nelayan, dan pengusaha kecil yang menjadi mayoritas penduduk. Koperasi hadir sebagai sarana untuk menyediakan akses modal, pasar, dan pendidikan bagi masyarakat yang selama ini terpinggirkan oleh sistem ekonomi yang eksploitatif. Dengan begitu, koperasi diharapkan dapat menciptakan kemandirian ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil.

Selain itu, koperasi dianggap sebagai benteng melawan dominasi asing dan kapitalisme. Pada awal kemerdekaan, Indonesia berhadapan dengan tantangan ekonomi global yang masih didominasi oleh kekuatan kapitalisme Barat. Para pendiri negara ingin membangun sistem ekonomi yang mandiri dan tidak mudah dikuasai oleh pihak asing. Koperasi, dengan sifatnya yang berbasis pada kedaulatan rakyat dan keadilan sosial, menjadi alat untuk melindungi ekonomi nasional dari pengaruh luar yang merugikan.

Penempatan koperasi sebagai soko guru ekonomi juga tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33, yang menegaskan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Asas ini merupakan refleksi dari semangat koperasi yang menempatkan kesejahteraan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Melalui koperasi, para pendiri negara berharap tercipta tatanan ekonomi yang lebih adil, di mana semua lapisan masyarakat bisa menikmati hasil pembangunan secara merata.


Judul Buku            Sejarah Tantangan dan Masa Depan Koperasi Indonesia

                               Menuju Sokoguru Perekonomian Nasional.

Penulis                  Henra Saragih S.H, M.A, M.Kn.

Tebal Halaman       : 362 (XII, 350) Halaman.

Ukuran Buku         : 15 x 21 cm

Penerbit                PT. Berkah Dua Visi.

ISBN                    xxx.xxx.xxx

Harga                   : Rp, 250.000,-


Untuk pemesanan buku hubungi     : Tyas

No. HP / WA                                 : 0897 8129 208